Allah dan Para Malaikat

Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat (mendo'akan kebaikan) bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia” [HR at-Tirmidzi (no. 2685) dan ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul kabiir” (no. 7912)].

Selasa, 19 Januari 2016

Taushiyah Syekh Abdul Qadir al-Jaylani Melalui Syekh Dr. Muhammad Fadhil Al-Jaylani




Taushiyah Syekh Abdul Qadir al-Jaylani Melalui
Syekh Dr. Muhammad Fadhil Al-Jaylani
 (Pengumpul Materi: Moh. Dliya’ul Chaq)[1]

Syekh Dr. Muhammad Fadhil Al-Jaylani berasal dari Istambul Turki adalah cucu keturunan Syekh Abdul Qadir al-Jaylani. Beliau adalah peneliti dan Muhaqqiq terhadap karya-karya Ulama’ Islam Dunia. Bermula dari perintah kakeknya (Syekh M. Shiddiq al-Qadiri al-Jaylani) untuk hidup di Madinah sejak berusia belasan tahun, beliau akhirnya menetap di Madnah tanpa mengetahui alas an dan rahasia perintah kakeknya tersebut. Kakeknya adalah mursyid Thariqah Qadiriyyah.
Keseharian Syekh Dr. M. fadhil al-Jaylani di Madinah sering membaca buku di Perpustakaan Masjid. Suatu hari saat berusia 24 tahun, beliau menemukan katalog dan keterangan bahwa kakek buyutnya, Syekh Abdul Qadir al-Jaylani, pernah menulis karya Tafsir. Berawal dari itulah Syekh Dr. Muhammad Fadhil al-Jaylani berniat untuk mencari keberadaan tafsir tersebut.
Melalui izin dari kakeknya dan ayahnya (Syekh Wafiq al-Jaylani), akhirnya beliau mulai melakukan pencarian tafsir tersebut. Bahkan ayah beliau juga ikut berusaha untuk meneliti, sehingga akhirnya kemursyidannya (thariqah qadiriyyah) di Istambul diberikan kepada murid ayahnya.
Selama puluhan tahun keluar masuk perpustakaan muslim dan non muslim di seluruh dunia, akhirnya beliau menemukan manuskrip tafsir tersebut. Pada saat pencarian tersebut, beliau bahkan juga menmukan banyak manuskrip Sykeh Abdul Qadir al-Jaylani yang berada di tangan sbeberapa orang non muslim dan perpustakaan non muslim. Bahkan puluhan-ratusan ribu manuskrip ulama’ Sufi dan ulama’ muslim lainnya yang berada di tangan non Muslim. Dan saat ini, di tangan beliau sudah 40.000 manuskrip yang mayoritas terkait tentang tasawwuf.
Akhirnya pada sekitar tahun 2009/2010, Dr. Rohimuddin (dari Indonesia) ketika berada di Mesir sempat melihat tafsir al-Jaylani yang dijual di bursa buku di Mesir pada waktu itu. Dr. Rohimuddin bertanya kepada penjual, “apakah ini tafsir Syekh Abdul Qadir al-Jayalani ataukan al-Jaylani yang lainnya?”, Penjual buku itu menjawab, “Ini Shulthonul Awliya’ Syekh Abdul Qadir al-Jaylani”. Ternyata di samping took itu terdapat kerumunan orang yang ditengah-tengahnya adalah Syekh Dr. Fadhil al-Jaylani. Akhirnya Dr. Rohimuddin memperjelas pertanyaan pada Syekh Dr. Fadhil, “Apakah Syekh Abdul Qadir benar-benar memiliki karya tafsir? Selama ini saya todak pernah tahu.”. Beliau menjawab, “Para ulama’ saja tidak tahu. Dan inilah tafsir beliau yang saya temukan selama puluhan tahun”. Akhirnya terjadi kesepakatan bahwa beliau akan diundang ke Indonesia. Tiga bulan sejak pertemuan itulah, Syekh Dr. Muhammad Fadhil pertama kali datang di Indonesia.
Syekh Dr. Muhammad Fadhil menyampaikan taushiyah di Tambakberas yang isinya:
1.         Thoriqh, doa, wirid, dan ibadah lainnya hendaklah diamalkan secara terus menerus (‘ala thariqati al-dawam wa al-istimrar). Segala sesuatu yang baik harus diamalkan secara langgeng, terus menerus dan Ikhlas (Kullu Sya’in Bi al-Dawan wa al-Istimror wa al-Ikhlash). Termasuk wirid setelah sholat maktubah, yakni membaca sholawat, istighfar, al-Fatihah, Surat al-Ahad, Ayat Kursi, Subhanalloh (33x) wa al-Hamdulillah (33x) wa Allohu Akbar (34x) dan Kalimah Laa Ilaaha Illalloh (33x). Inilah keterangan yang saya kutup dari manuskrip Syekh Abdul Qadir al-Jaylani.
2.         Wirid adalah amal ibadah yang dilakukan secara terus menerus (didawamkan). Oleh karenanya, dalam keadaan apapun jangan meninggalkannya, baik dalam keadaan duduk, berdiri ataupun kegiatan lainnya. Ucapkan terus kalimah Laa Ilaaha Illalloh.
3.         Selain wirid thariqah qadiriyah, Syekh abdul Qadir al-Jaylani juga melaksanakan wirid berupa shalat tahajjud, Shalat di waktu Isyraq, Shalat Dluha, dan ibadah badaniyah lainnya. Insya Allah, bagi yang mengamalkannya akan mendapatkan rizqi berupa ketetapan iman, hati bersih, rizqi berupa anak yang sholeh, dan rizqi lainnya termasuk rizqi yang kesekiannya berupa harta benda yang halal. Rizqi yang halal sangatlah penting bagi kita karena akan menghasilkan dzurriyah (keturunan) yang sholihin.
4.         Bacalah surat al-Mulk (Tabarok) dan al-Waqiah sebelum tidur, bukan karena fadhilahnya, tetapi saya sampaikan ini karena wirid ini adalah wirid Syekh abdul Qadir al-Jaylani yang lainnya yang saya temukan dalam beberapa manuskrip.
5.         Thoriqah Qadiriyah akan saya ijazahkan dalam forum ini secara ‘ammah (umum). Tata cara baiat / ‘ahdu terdapat banyak keterangan di manuskrip Syekh Abdul Qadir al-Jaylani yang saya temukan berjudul al-Futuhat.
6.         Thoriqah Syekh Abdul Qadir al-Jaylani adalah Tharoqah yang sampai kepada Sayyidina Ali kw, suami Sayyidah Fathimah binti Rasulullah. Sayyidina Ali menerima wirid tersebut dari Rasulullah SAW dengan keduanya duduk bersila sambil mempertemukan kedua lutut dan bermalaman. Rasul Bersabda, “Bagi pengamal thoriqoh ini, selama matahari berjalan di langit, maka pahalanya akan sampai padanya”
7.         Selama ini, saya (Sykeh Dr. Muhmmad Fadhil al-Jaylani) telah menrima thariqah wirid qadiriyyah dari ayah dan kakek. Setelah saya melakukan penelitian, ternyata wirid yang saya peroleh adalah sama dengan manuskrip syekh Abdul Qadir al-Jaylani yang saya temukan.[2]
8.         Terdapat sholawat Bahsair / bashoir (penulis tidak jelas teksnya karena pengungkapan orang turki terkadang bashoir dibaca basair) yang berasal dari Syekh Abdul Qadir al-Jaylani. Fadhilahnya banyak sekali, di antaranya sebagai obat kelemahan faham, hafal, atau fikir.
Terakhir, Syekh Dr. Muhammad Fadhil menyampaikan, “Saya wasiat kepada kalian untuk membaca Tafsir al-Jaylani” (Ushikum Bi Qira’ati Tafsir al-Jaylani). Wallahi akan banyak sekali faidahnya. Saya telah menyasikan sendiri beberapa orang membaca tafsir itu setiap waktu dengan mendapat banyak faidah. Apalagi dibaca dalam halaqah (majelis ilmu) secara rutin.
Itulah beberapa Taushiyah Syekh Abdul Qadir al-Jaylani melalui Syekh Dr. Muhammad Fadhil Al-Jaylani. Stelah memberikan taushiyah tersebut, Syekh Dr. Muhammad Fadhil Al-Jaylani mengijazahkan kepada semua hadirin:
1.    Thariqah Qadiriyyah
2.    Shalawat Bashair
3.    Tafsir al-Jaylani.



[1]Dirangkum oleh penulis yang menghadiri acara “Forum silaturrahim dan Ijazah” yang dihadiri dan disampaikan oleh Dr. Muhmmad Fadhil al-Jaylani pada Rabu 11 Juni 2014 (10.00 WIB s.d selesai) di Aula Yayasan PP. Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, Forum silaturrahim. Acara ini dihadiri oleh Para Pengasuh Pondok Tambakberas dan Dewan Guru dan Dosen di Lingkungan Tambakberas. Rombongan Dr. M. Fadhil di antaranya adalah Dr. Dhiyauddin dan Dr. Rohimuddin.
[2]Dr. Rohimuddin pernah mengkoreksikan wirid thariqah qadiriyah yang didapatkan dari Syekh Dr. Fadhil kepada Habib Luthfi Pekalongan. Ternyata Habib Luthfi menyatakan bahwa wirid itu kurang. Ketika beliau menyampaikan pada Dr. Fadhil, menurut beliau tidak kurang melainkan terkadang beberapa mursyid terdahulu menambahkan (melalui pengalaman spiritualnya) beberapa lafadz. Dan itu diperbolehkan. ArtinyaThariqah Qadiriyyah sangat mungkin berbagai versi. Namun berdasarkan manuskrip yang ditemukan Syekh Dr. Muhammad Fadhil, wirid thariqah qadiriyyah yang beliau peroleh adalah orisinil dari Syekh Abdul Qadir al-Jaylani didukung dengan bukti manuskrip yang beliau temukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar