Salah satu penyakit lisan yang berbahaya adalah Ghibah
(menggunjing) membicarakan kejelakan orang lain, dimana saat dibicarakan
yang bersangkutan tidak ada. Di era modern saat ini,
dimana tehnology menjadi transformasi yang efektif sebagai sumber
informasi yang diharapkan mampu memberikan keterangan, pembelajaran,
pendidikan yang benar kepada masyarakat, namun saat ini justru
dijadikan ajang ghosip, adu domba, ghibah dan bebarapa sifat jelek
penyakit lisan lainnya, harapan masyarakat mengenai kondisi sosial secara umum agar
menjadi lebih baik, nyaman, tenang, religius pupus sudah, ditengah arus
global yang masuk ke dapur masyarakat itu sendiri. Budaya fitnah, adu
domba, ghibah sudah menjadi biasa dalam kehidupan masyarakat sehari
hari, seakan tidak mempunyai dampak apapun terhadap apa yang telah
dilakukannya, padahal penyakit lisan tersebut sangat kejam dan berdampak
buruk bagi kondisi sosial di masyarakat.
Sungguh banyak kaum
muslimin yang mampu untuk menjalankan perintah Allah SWT dengan baik,
bisa menjalankan sunnah-sunnah Nabi, mampu untuk menjauhkan dirinya dari
zina, minum khomer (minuman keras), bahkan mampu untuk sholat malam
setiap hari sampai jidatnya hitam sebagai tanda ahli sujud, mereka
senantiasa puasa senin kamis, mampu menghindari obat terlarang
(NARKOBA), memberikan bantuan orang lain, namun mereka tidak mampu
menahan dirinya untuk membicarakan kejelekan orang lain, tiada hari
tanpa membicarakan kejelekan orang lain hal inilah dinamakan ghibah.
Walaupun mereka telah tahu dan menyadari serta memahami bahwa ghibah
merupakan perbuatan yang tercela serta merupakan dosa besar, namun
sebagian orang tetap saja tidak mampu menghindarkan diri dari ghibah.
Apalagi di jaman sekarang ghibah dapat dijadikan bisnis utama dan masuk pada dunia electronica seperti media cetak, media massa,
turn overnya-pun mencapai milyaran rupiah, pertanyaan yang muncul
dibenak kita adalah:akan menjadi apakah kondisi sosial mayarakat
kedepan, setiap hari disuguhin menu utama tentang ghibah, yang pasti
dampaknya sungguh sangat mengkhawatirkan terhadap dirinya sendiri baik
didunia maupun diakherat. Mengapa ghibah lebih kejam daripada zina,
judul diatas adalah refrensi dari Jabir ibn Abdillah dan Abu Sa’id al
Khudzri meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Gibah itu lebih
kejam dari zina” Seorang sahabat bertanya, “Bagaimana mungkin, wahai
Rasulullah?”Beliau menjawab, “seseorang berzina kemudian berobat,
niscaya Allah SWT akan menerima tobatnya. Adapun orang yang menggunjing
tidak akan diampuni dosanya sampai orang yang digunjing memaafkannya.”
Allah SWT telah mencela penyakit ghibah ini dengan gambaran yang sangat hina dan menjijikan. Allah SWT berfirman :
Allah SWT telah mencela penyakit ghibah ini dengan gambaran yang sangat hina dan menjijikan. Allah SWT berfirman :
Dan janganlah sebagian kalian mengghibahi sebagian yang lain. Sukakah
salah seorang dari kalian memakan daging bangkai saudaranya yang telah
mati, pasti kalian membencinya. Maka bertaqwalah kalian kepada Allah,
sungguh Allah Maha Menerima taubat dan Maha Pengasih. (Al Hujurat 12)
Ayat tersebut diatas menggambarkan bahwa ghibah merupakan perbuatan penyakit lisan yang sangat menjijikkan, bayangkan orang yang mengghibahi saudarannya sama halnya dengan memakan daging saudara (yang digibahi tadi) yang telah menjadi bangkai, memakan daging saudara yang belum menjadi bangkai saja rasanya tidak mungkin, apalagi memakan daging saudara kita yang telah menjadi bangkai.
Lisan merupakan sasaran yang efektif bagi syetan, seorang akan terlihat baik buruk hatinya, nampak ketika lisan berbicara walaupun mungkin mereka bersandiwara untuk menutupi kejelekan hatinya, namun pada saat tertentu Allah SWT pasti membukakan tabir keburukan hatinya, lisan sangat mudah mengeluarkan kata dan kalimat tanpa bertanggung jawab, sering seseorang tergelincir dan bahkan jatuh martabatnya karena ulah lisannya, seseorang jatuh dalam penderitaan di dunia dan akherat karena lisannya, namun anehnya banyak orang yang tidak menyadari, bahkan cenderung tidak menjaga lisannya.
Harusnya seseorang menyadari bahwa Allah SWT mengajarkan manusia birbicara, menulis,memahami dan mengerti apa yang diucapkannya dan yang diucapkan oleh orang lain kepadanya, Lisan manusia bukan seperti burung BEO dimana apa yang diucapkan tidak dipahaminya, karena lisan manusia bergerak atas perintah akal, hati, mata, dan telinga atau panca indra lainnya, dan kesemuanya itu harus dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT.
Ayat tersebut diatas menggambarkan bahwa ghibah merupakan perbuatan penyakit lisan yang sangat menjijikkan, bayangkan orang yang mengghibahi saudarannya sama halnya dengan memakan daging saudara (yang digibahi tadi) yang telah menjadi bangkai, memakan daging saudara yang belum menjadi bangkai saja rasanya tidak mungkin, apalagi memakan daging saudara kita yang telah menjadi bangkai.
Lisan merupakan sasaran yang efektif bagi syetan, seorang akan terlihat baik buruk hatinya, nampak ketika lisan berbicara walaupun mungkin mereka bersandiwara untuk menutupi kejelekan hatinya, namun pada saat tertentu Allah SWT pasti membukakan tabir keburukan hatinya, lisan sangat mudah mengeluarkan kata dan kalimat tanpa bertanggung jawab, sering seseorang tergelincir dan bahkan jatuh martabatnya karena ulah lisannya, seseorang jatuh dalam penderitaan di dunia dan akherat karena lisannya, namun anehnya banyak orang yang tidak menyadari, bahkan cenderung tidak menjaga lisannya.
Harusnya seseorang menyadari bahwa Allah SWT mengajarkan manusia birbicara, menulis,memahami dan mengerti apa yang diucapkannya dan yang diucapkan oleh orang lain kepadanya, Lisan manusia bukan seperti burung BEO dimana apa yang diucapkan tidak dipahaminya, karena lisan manusia bergerak atas perintah akal, hati, mata, dan telinga atau panca indra lainnya, dan kesemuanya itu harus dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT.
Cara Menghindari Penyakit Lisan
Ketika kita sadar bahwa akibat penyakit lisan bisa menghancurkan harga diri dan martabat seseorang dihadapan manusia dan juga dihadapan Allah SWT, menderita di dunia dan juga menderita di akherat, maka yang harus dilakukan adalah menahan diri dari keinginan dan kecenderungan nafsu yang mengajak dengan spontanitas atau dengan rencana membicarakan kejelekan orang lain, bukan itu saja penyakit lisan seperti berdusta, mengadu domba orang lain juga harus dihindari.
Tanpa kita menyadari akan bahayanya penyakit lisan seperti ghibah, dusta, adu domba serta penyakit lisan lainnya, dimana penyakit lisan tersebut bisa mengakibatkan perang saudara bahkan negara, sengsara dunia dan bahkan akhirat, menjatuhkan martabat/harga diri individu dan saudara, maka kita akan terlena dan terjatuh ke dalam kesemuan dalam berakhlaq, karenanya sungguh sangat penting untuk memanage dan menghindari dari penyakit lisan agar supaya produktive, dengan produktive-nya lisan maka akan berimplikasi positive terhadap akhlaq manusia, baik akhlaq yang beruhubungan dengan Allah SWT maupun dengan manusia dalam tatanan berbangsa dan bernegara, untuk memanage agar terhindar penyakit lisan, seyogyanya manusia mengedepankan hati untuk menyetir dalam setiap langkah kehidupan, bukan nafsu yang dominan menyetir segala aspek kehidupan, bila ini dapat dilakukan dengan continue (istiqomah) maka Allah SWT akan memberi kemulyaan yang tidak terduga dari mana asalnya. Semoga kita bisa
Ketika kita sadar bahwa akibat penyakit lisan bisa menghancurkan harga diri dan martabat seseorang dihadapan manusia dan juga dihadapan Allah SWT, menderita di dunia dan juga menderita di akherat, maka yang harus dilakukan adalah menahan diri dari keinginan dan kecenderungan nafsu yang mengajak dengan spontanitas atau dengan rencana membicarakan kejelekan orang lain, bukan itu saja penyakit lisan seperti berdusta, mengadu domba orang lain juga harus dihindari.
Tanpa kita menyadari akan bahayanya penyakit lisan seperti ghibah, dusta, adu domba serta penyakit lisan lainnya, dimana penyakit lisan tersebut bisa mengakibatkan perang saudara bahkan negara, sengsara dunia dan bahkan akhirat, menjatuhkan martabat/harga diri individu dan saudara, maka kita akan terlena dan terjatuh ke dalam kesemuan dalam berakhlaq, karenanya sungguh sangat penting untuk memanage dan menghindari dari penyakit lisan agar supaya produktive, dengan produktive-nya lisan maka akan berimplikasi positive terhadap akhlaq manusia, baik akhlaq yang beruhubungan dengan Allah SWT maupun dengan manusia dalam tatanan berbangsa dan bernegara, untuk memanage agar terhindar penyakit lisan, seyogyanya manusia mengedepankan hati untuk menyetir dalam setiap langkah kehidupan, bukan nafsu yang dominan menyetir segala aspek kehidupan, bila ini dapat dilakukan dengan continue (istiqomah) maka Allah SWT akan memberi kemulyaan yang tidak terduga dari mana asalnya. Semoga kita bisa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar