Suatu ketika khalifah Umar bin Abdul
Aziz berkeliling kota sambil menaiki kuda, beliau meninjau ibu kota untuk
mengetahui secara langsung kondisi rakyatnya. Di kejauhan sang khalifah melihat
seorang yang sangat tua sedang menanam pohon kurma dengan asyiknya. Dengan
perlahan sang khalifah mendekati orang tua tersebut, setelah turun dari
kudanya, khalifah Umar bin Abdul Aziz turun dari kudanya dan mengucap salam
kepada si orang tua dan bertanya,” Assalamu’alaikum sedang apa engkau wahai Pak
tua?” Pak tua pun menjawab dengan ramah salam dari khalifah,” Wa’alaikum salam
Tuan. Saya sedang menanam pohon kurma tuan.”
Khalifah kembali bertanya,” Engkau kan sudah tua, buat apa menanam pohon kurma? Bukankah pohon kurma baru akan berbuah setelah menunggu bertahun-tahun lamanya? Apakah engkau masih hidup saat panen buah korma dari pohon yang engkau tanam?” Pak tua menjawab dengan tatapan mata yang berbinar-binar penuh semangat,” Memang benar, tuanku, usia hamba memang sudah tua, kalau hamba masih sempat memanen buah korma ini ya alhamdulillah, namun sekiranya saat panen tiba hamba sudah dipanggil oleh Allah dan sudah meninggalkan dunia ini tentu masih ada anak-anak saya yang bisa memanen buah dari pohon ini. Seandainya anak-anak dan keturunan saya pun telah tiada, bolehlah buah dari pohon ini dipetik oleh orang lewat yang membutuhkan . Dengan demikian sekali menanam pohon namun manfaatnya dapat dinikmati oleh banyak orang!”
Khalifah Umar bin Abdul Aziz terpana mendengar penjelasan Pak Tua,” Sungguh pemikiran yang baik dari seorang hamba Allah yang ikhlas .” Demikian pemikiran khalifah di dalam hati,” Pak Tua, engkau memiliki pemikiran yang sangat bagus dan bermanfaat. Aku tersentuh dengan ketulusanmu, ini ada sedikit pemberian dariku untukmu, terimalah. Semoga rizqimu berkah.” Khalifah Umar menyodorkan sekantung uang kepada Pak Tua karena ia terpesona dengan pemikirannya. Pak tua menerima pemberian itu dengan sangat bahagia ia pun berujar,” Terima kasih tuan. Baru saja menanam sudah memetik hasilnya.” Alangkah indahnya dunia ini kalau banyak orang yang berpikiran dan bertindak seperti Pak Tua yang dengan ikhlas menanam, bekerja dan berbuat untuk kepentingan banyak orang dengan tanpa pamrih untuk kebaikan, dengan niat Lillahi ta’ala mengharapkan ridho Allah SWT.
Khalifah kembali bertanya,” Engkau kan sudah tua, buat apa menanam pohon kurma? Bukankah pohon kurma baru akan berbuah setelah menunggu bertahun-tahun lamanya? Apakah engkau masih hidup saat panen buah korma dari pohon yang engkau tanam?” Pak tua menjawab dengan tatapan mata yang berbinar-binar penuh semangat,” Memang benar, tuanku, usia hamba memang sudah tua, kalau hamba masih sempat memanen buah korma ini ya alhamdulillah, namun sekiranya saat panen tiba hamba sudah dipanggil oleh Allah dan sudah meninggalkan dunia ini tentu masih ada anak-anak saya yang bisa memanen buah dari pohon ini. Seandainya anak-anak dan keturunan saya pun telah tiada, bolehlah buah dari pohon ini dipetik oleh orang lewat yang membutuhkan . Dengan demikian sekali menanam pohon namun manfaatnya dapat dinikmati oleh banyak orang!”
Khalifah Umar bin Abdul Aziz terpana mendengar penjelasan Pak Tua,” Sungguh pemikiran yang baik dari seorang hamba Allah yang ikhlas .” Demikian pemikiran khalifah di dalam hati,” Pak Tua, engkau memiliki pemikiran yang sangat bagus dan bermanfaat. Aku tersentuh dengan ketulusanmu, ini ada sedikit pemberian dariku untukmu, terimalah. Semoga rizqimu berkah.” Khalifah Umar menyodorkan sekantung uang kepada Pak Tua karena ia terpesona dengan pemikirannya. Pak tua menerima pemberian itu dengan sangat bahagia ia pun berujar,” Terima kasih tuan. Baru saja menanam sudah memetik hasilnya.” Alangkah indahnya dunia ini kalau banyak orang yang berpikiran dan bertindak seperti Pak Tua yang dengan ikhlas menanam, bekerja dan berbuat untuk kepentingan banyak orang dengan tanpa pamrih untuk kebaikan, dengan niat Lillahi ta’ala mengharapkan ridho Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar