Surat Al-Fatihah
yang setiap hari kita baca di dalam shalat, ternyata merupakan obat
yang mujarab. Bukan sembarang obat. Ia adalah obat untuk penyakit hati
dan penyakit badan sekaligus.
Surat ini mengandung obat untuk penyakit hati
dengan sempurna. Perlu dicatat, segala penyakit hati itu bermula dari
dua hal, rusaknya ilmu dan rusaknya qashd (niat/kemauan). Dari keduanya
akan muncul dua perkara yang sangat berbahaya, yaitu kesesatan yang
merupakan buah dari rusaknya ilmu dan kemurkaan Allah SWT yang merupakan
buah dari rusaknya qashd.
Kesesatan dan kemurkaan adalah dua hal yang menjadi kunci dari seluruh penyakit hati. Ayat ihdinash shiraathal mustaqiim menanggulangi kesesatan, dan ayat iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin mencegah kemurkaan.
Dengan
ditunjukkannya jalan kebenaran dilanggengkannya kita di atasnya, kita
tidak akan tersesat selamanya. Karena itu, dia yang paling wajib kita
ucapkan adalah doa yang termaktub dalam surat Al-Fatihah ini. Hanya
saja, ketika kita membacanya, kita sering tidak merasa sedang berdoa.
Kemudian
fenomena rusaknya niat/kemauan, akan banyak kita dapatkan pada
orang-orang kafir, musyrik dan mereka yang menjadi budak hawa nafsunya.
Rusaknya niat/kemauan di sini artinya rusak tujuan dan atau cara
mendapatkaa tujuan itu.
Kehidupan
orang-orang yang mengaku muslim, tetapi menjadi budak hawa nafsunya,
tidaklah berbeda dengan orang-orang kafir dan musyrik. Apabila mereka
mendapati al-haq sesuai dengan tujuan dan ambisi, mereka
meninggalkannya.
Ada juga orang-orang
yang mempunyai tujuan yang tinggi, akan tetapi tidak menempuh cara yang
benar. Maka mereka tersesat dan tentu akan mendapatkan murka Allah SWT,
na'udzubillah. . .
Sebenarnya,
ayat iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin yang menjadi obat bagi rusaknya
qashd mempunyai komposisi yang harus terpenuhi secara keseluruhan.
Komposisinya sebagai berikut:
· Hanya beribadah kepada Allah SWT
· Berdasarkan perintah atau syari'atNya
· Tanpa ditunggangi oleh hawa nafsu
· Bukan dengan hasil pemikiran atau aturan buatan manusia
· Meminta i'anah (pertolongan) kepada Allah SWT, agar dapat beribadah kepadaNya.
Apabila komposisinya utuh, --insya Allah-- ia akan benar-benar menjadi obat.
Adapun Al-Fatihah sebagai obat untuk penyakit badan,
Abu Said Al-Khudri r.a. meriwayatkan (lihat Bukhari 2276, Muslim 2201),
bahwa seorang shahabat pernah meruqyah seorang pemuka suatu daerah yang
tersengat binatang berbisa dengan surat ini. Dengan izin Allah SWT,
pemuka kaum itu sembuh, padahal ia bukanlah orang baik-baik, karena
mungkin ia bukan termasuk kaum Muslimin, atau setidaknya ia adalah
seorang yang bakhil, sebagaimana dikatakan Ibnul Qayyim r.a. diawal-awal
kitab Madaariju As-Saalikiin. Lalu bagaimana jika yang diobati adalah
seorang Muslim yang baik?. Wallahu a'lam bish shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar