Allah dan Para Malaikat

Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat (mendo'akan kebaikan) bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia” [HR at-Tirmidzi (no. 2685) dan ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul kabiir” (no. 7912)].

Jumat, 20 Desember 2013

Karomah Syekh Abdul Qodir Jailani Ketika Jadi Gelandangan


Syekh Abdul Qodir Al Jailani pernah mengalami musim paceklik di Baghdad. Saat itu ulama yang menganut madzhab Imam Ahmad ini sampai memakan sisa-sisa makanan di tempat sampah. Dalam keadaan yang sangat lapar beliau keluar untuk mencari makanan. Namun setiap sampai ke tempat sampah, selalu ada orang lain yang mendahuluinya. Jika Syekh Abdul Qodir Jailani melihat orang-orang fakir berebut di tempat sampah, maka beliau memilih meninggalkan tempat itu. Dan hal itu terus berlaku saat menemui tempat pembuangan, dan Syekh Abdul Qodir Jailani akhirnya tidak memperoleh makanan.
Beliau akhirnya berjalan hingga sampai di Masjid Yasin di Baghdad, karena sudah tidak mempu lagi melanjutkan perjalanan karena lapar, dan memilih duduk di dekat masjid tersebut. Disaat yang sama datanglah seorang pemuda ke masjid dengan membawa roti, dia duduk dan mulai makan. Karena rasa lapar yang menusuk, setiap pemuda itu mengambil suapan maka Syekh Abdul Qodir Jailani ingin membuka mulut, meski beliau terus berusaha menahannya.
Akhirnya pemuda itu pun menoleh ke arah Syekh Abdul Qodir Jaelani seraya mengatakan,”Bismillah ya Syech”, dengan maksud ingin memberi suapan kepada Syekh Abdul Qodir Jailani. Syekh Abdul Qodir Jailani menolak, namun pemuda itu terus-menerus memaksa, hingga akhirnya Syekh Abdul Qodir Jailani memakan sedikit dari apa yang diberikan.
Setelah itu si pemuda pun bertanya,”Siapa engkau, apa pekerjaanmu, dari mana engkau?”
Syekh Abdul Qodir Jailani pun menjawab,”Saya pencari ilmu dari negeri Jilan”.
Si pemuda pun membalas,”Saya juga dari Jilan. Apakah engkau mengenal seorang pemuda dari Jilan yang namanya Abdul Qadir cucu dari Abu Abdullah As Shuma’i yang ahli zuhud?”
Syeikh Abdul Qadir pun menjawab,”Itu adalah saya”.
Mendangar jawaban itu si pemuda pun terperengah,
”Demi Allah saya sampai di Bagdad dengan sisa-sisa uang yang saya memiliki dan saya telah mencari-cari dimana keberadaanmu namun tidak ada seorang pun yang bisa memberikan petunjuk. Sampai akhirnya uang saya habis hingga 3 hari saya tidak makan. Dengan terpaksa saya menggunakan uang yang dititipkan untukmu untuk membeli roti ini. Makanlah sesungguhnya ia milikmu.”
Syekh Abdul Qadir Jailani pun bertanya, apa yang sebenarnya terjadi. Pemuda itu pun menjelaskan bahwa ibu Syekh Abdul Qodir Jailani telah menitipkan kepadanya 9 dinar untuk disampaikan kepada Syekh Abdul Qodir Jailani. Dan uang itu pun sudah berkurang untuk dibelikan roti. Syekh Abdul Qodir Jailani pun merelakannya dan memberikan kepada pemuda itu sisa roti serta sebagian dinar. (Dzail Thabaqat Al Hanabilah, 1/298)
Meski menolak untuk meminta-minta, Syekh Abdul Qodir Jailani tetap memperoleh rezeki bahkan di saat yang sama beliau malah memberikan sedekah kepada orang lain.
Yang juga perlu dicontoh adalah sifat Syekh Abdul Qodir Jailani yang selalu mengutamakan orang lain, sehingga Allah Swt pun mencukupi rezekinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar