Tulisan ini lebih
menekankan pada aspek ilmiah (scientific) meskipun beberapa dasar
yang dipakai adalah ayat Al-Qur’an dan Hadits. Dengan bantuan
matematika sederhana (hanya dengan 11 persamaan), penulis berharap
Al-Qur’an dapat dikhatamkan dengan waktu yang sistematis dan rapi.
Mengkhatamkan (menyelesaikan) Al-Qur’an menjadi sangat penting bagi
umat Islam apalagi akan datang bulan Ramadhan yang penuh keberkahan
dan pahala. Dasar mengapa Al-Qur’an lebih utama
untuk dikhatamkan adalah karena ia menjadi amalan yang paling
dicintai oleh Allah SWT berdasarkan hadist H1 (lihat Appendix).
Struktur Kitab
Al-Qur’an
Al-Qur'an terdiri
atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surat. Setiap surat terdiri
atas beberapa ayat. Surat terpanjang berisi 286 ayat yaitu surat
Al-Baqarah
dan surat terpendek hanya memiliki 3 ayat yaitu surat Al-Kautsar.
Total jumlah ayat dalam Al-Qur'an mencapai 6236 ayat di mana jumlah
ini dapat bervariasi menurut beberapa pendapat, namun bukan
disebabkan perbedaan isi melainkan hanya karena perbedaan cara
menghitung jumlah ayat. Surat-surat yang panjang biasanya terbagi
lagi atas beberapa sub-bagian yang disebut ruku'. Setiap ruku’
membahas tema atau topik tertentu [1]. Dalam artikel ini, tanpa
bermaksud menyalahi pendapat ulama manapun, penulis mengikuti
pendapat bahwa Al-Qur’an terdiri atas 6236 ayat, sehingga kita
dapat membuat pernyataan matematika berikut
Al-Quran
memiliki 6236 ayat. (1)
Di Indonesia,
Al-Qur'an juga biasa dibagi menjadi 30 bagian dengan panjang sama
yang dikenal dengan nama juz.
Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin mengkhatamkan bacaan
Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lainnya yaitu manzil
[1]. Al-Qur'an dibagi menjadi 7 bagian
dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu minggu). Kedua
jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek
bahasan tertentu. Dengan demikian kita juga memiliki persamaan
Al-Qur’an
dibagi menjadi 30 Juz (2)
atau
Al-Qur’an
dibagi menjadi 7 manzil. (3)
Kecepatan Membaca
Menurut [1],
ditinjau dari segi kebahasaan (etimologi), Al-Qur’an berasal dari
bahasa Arab yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang
dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata
benda (masdar)
dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata
ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni
pada ayat 17 dan 18 Surat Al Qiyaamah (lihat Q1 pada Appendix).
Karena pemahaman di
atas, membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca buku lainnya.
Untuk Al-Qur’an kita tidak bisa melakukan “membaca cepat”
seperti misalnya yang disampaikan dalam [2], bahwa kecepatan
rata-rata orang Indonesia dewasa adalah 175-300 kpm. Kpm adalah kata
per menit yaitu jumlah kata yang dibaca, dibagi waktu yang dibutuhkan
untuk membaca.
Membaca Al-Qur’an
begitu istimewa sehingga bagi yang belum mahir mendapat pahala 2 kali
lipat dan bagi yang sudah mahir akan bersama para malaikat di akhirat
seperti yang disampaikan dalam hadits-hadist H2 dan H3 (lihat
appendix):
Oleh karena itu
disayangkan jika terhadap Al-Qur’an pun dilakukan “membaca cepat”
seperti apa yang kita lakukan pada buku-buku biasa. Namun tidak dapat
dipungkiri, bahwa kecepatan membaca Al-Qur’an akan mempengaruhi
kecepatan pengkhataman-nya.
Dalam artikel ini,
penulis mendefinisikan bahwa kecepatan membaca Al-Qur’an tidak
didasarkan pada kpm (kata per menit) maupun apm (ayat per menit),
tapi lebih kepada juz per jam, sehingga Al-Qur’an bisa dibaca
beserta dengan maknanya karena secara psikologis satuan jam cukup
longgar untuk memahami makna sebuah ayat. Dengan demikian kita bisa
membuat persamaan matematika sebagai berikut
k =
kecepatan membaca Al-Qur’an dengan satuan juz/jam.
(4)
Kesibukan dan
Alokasi Waktu Membaca
Kendala utama yang
juga merupakan “alasan tradisional” dalam mengkhatamkan Al-Qur’an
adalah alasan sibuk. Beberapa kegagalan utama biasanya karena tidak
adanya kedisiplinan dalam membaca. Bagimanapun juga, alokasi waktu
untuk membaca Al-Qur’an harus direncanakan dalam setiap harian
kita. Beberapa cara agar kita dapat disiplin dalam mengalokasikan
waktu adalah sebagai berikut [3]:
1. Melatih diri
dengan bertahap untuk misalnya dapat tilawah satu juz dalam satu
hari. Caranya, misalnya untuk sekali membaca (tanpa berhenti)
ditargetkan setengah juz, baik pada waktu pagi ataupun petang hari.
Jika sudah dapat memenuhi target, diupayakan ditingkatkan lagi
menjadi satu juz untuk sekali membaca.
2. Mengkhususkan
waktu tertentu untuk membaca Al-Qur’an yang tidak dapat diganggu
gugat (kecuali jika terdapat sebuah urusan yang teramat sangat
penting). Hal ini dapat membantu kita untuk senantiasa komitmen
membacanya setiap hari. Waktu yang terbaik menurut penulis adalah
pada malam hari dan ba’da subuh.
3. Menikmati bacaan
yang sedang dilantunkan oleh lisan kita. Lebih baik lagi jika kita
memiliki lagu tersendiri yang stabil, yang meringankan lisan kita
untuk melantunkannya. Kondisi seperti ini membantu menghilangkan
kejenuhan ketika membacanya.
4. Memberikan iqab
(hukuman) secara pribadi, jika tidak dapat memenuhi target membaca
Al-Qur’an. Misalnya dengan kewajiban infaq, menghafal surat
tertentu, dan lain sebagainya, yang disesuaikan dengan kondisi
pribadi kita.
5. Diberikan
motivasi dalam lingkungan keluarga jika ada salah seorang anggota
keluarganya yang mengkhatamkan al-Qur’an, dengan bertasyakuran atau
dengan memberikan ucapan selamat dan hadiah.
Dengan demikian kita
bisa mendefinisikan satu faktor lain yang mempengaruhi pengkhataman
yaitu
a =
alokasi waktu dalam sehari dengan satuan (jam/hari). (5)
Teori Akhir
Dengan persamaan
(2), (4) dan (5), kita bisa mendefinisikan bahwa Al-Qur’an dapat
dikhatamkan jika memenuhi persamaan berikut
30 = h.a.k,
(6)
di mana h
adalah faktor yang menunjukkan jumlah hari yang diperlukan dalam
mengkhatamkan al-Qur’an (hari), a
adalah alokasi waktu tilawah dalam sehari (jam/hari) dan k
adalah kecepatan membaca dalam satu jam (juz/jam). Persamaan (6) juga
bisa dimodifikasi untuk satuan lainnya misalnya sebagai ganti Juz di
dalam (4), bisa dipakai ayat sehingga menjadi
6236 = h.a.k,
(7)
di mana k
adalah kecepatan dalam satuan ayat/jam, faktor h
dan a
tetap.
Formula dan
Realitas
Persamaan (6) ini
bisa diuji sebagai berikut. Misalnya seseorang yang yang hampir tidak
pernah belajar Al-Qur’an, sehingga kecepatan membaca k
mendekati nilai nol (tapi tidak sama dengan nol), secara simbol
matematika ditulis k
0+,
maka nilai h
akan menjadi
Add caption |
(8)
yang artinya bahwa
diperlukan waktu yang sangat lama (=tak terhingga) bagi orang
tersebut untuk mengkhatamkan al-Qur’an. Hal yang sama (h tak
terhingga) juga terjadi jika a
mendekati nol, tapi tidak sama dengan nol, k0+,
yang artinya hampir tidak pernah mengalokasikan waktu untuk membaca
Al-Qur’an meski bisa/lancar membacanya.
Akan tetapi, barang
siapa yang tidak pernah membaca Al-Qur’an sama sekali (yaitu k sama
dengan nol), k0,
sehingga nilai h
akan menjadi
Add caption |
.
(9)
Jadi orang yang
bersangkutan tidak pernah mengkhatamkan Al-Qur’an sampai kapanpun.
Hal yang sama juga berlaku kepada orang yang tidak pernah
mengalokasikan waktunya untuk membaca Al-Qur’an, a 0,
sehingga nilai h
juga tidak ada (does not exist).
Persamaan (7) bisa
dijadikan acuan jika pembaca ingin mengetahui berapa lama waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan Hadist H4 (lihat appendix). Jadi jika
kecepatan x alokasi waktu, a.k=1 ayat, maka total hari yang
diperlukan untuk menyampaikan seluruh ayat adalah
Add caption |
(10)
Sebagai perbandingan
dasar, bahwa nilai h
pada persamaan (10) ini lebih kecil daripada waktu yang diperlukan
oleh Allah SWT dalam menurunkan Al-Qur’an (lewat malaikat Jibril)
kepada Nabi Muhammad SAW. Dipercayai oleh umat Islam bahwa penurunan
Al-Qur'an terjadi secara berangsur-angsur selama 23 tahun (para ulama
membagi masa turun ini menjadi periode Mekkah 13 tahun dan periode
Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 10
tahun).
Nilai h pada
persamaan (10) ini juga menjadi jawaban jika ada seseorang yang
membaca Al-Qur’an hanya satu ayat per hari. Jadi setidaknya, waktu
yang diperlukan untuk khatam adalah sekitar 17.32 tahun atau 17 tahun
4 bulan selama hidupnya.
Bagaimana
Menggambar Grafik Pengkhataman ?
Untuk menggambarkan
sebuah grafik yang mudah dipahami, sepertinya kita perlu merenungi
pesan seorang ulama besar, Imam Syahid Hasan Al-Banna berikut:
“Usahakan agar
Anda memiliki wirid harian yang diambil dari kitabullah minimal satu
juz per hari dan berusahalah agar jangan mengkhatamkan Al-Qur’an
lebih dari sebulan dan jangan kurang dari tiga hari.”
Dengan dasar pesan
beliau, misalnya, faktor h
bisa di-set agar memiliki nilai minimal h=3
dan maksimal h=30.
Untuk penentuan nilai h=3,
juga berlandaskan pada hadist H5 (lihat appendix).
Sedangkan untuk
faktor a,
kita bisa set dari a=0
(tidak pernah mengalokasikan waktu untuk membaca) sampai a=24 (dalam
24 jam, terus menerus membaca Al-Qur’an). Dengan nilai paramater di
atas, kita bisa mendapatkan grafik k
seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
Add caption |
Gambar
1. Grafik kecepatan membaca Al-Quran beserta jumlah hari yang dicapai
dan alokasi waktu yang diperlukan
Cara Membaca
Grafik dan Membuat Rencana Pengkhataman
Gambar 1 menunjukkan
beberapa kurva untuk k =1/4 , 1/2, 1, 2 dan 3 juz/jam. Sebagai contoh
dengan k=1 juz/jam, maka sesorang yang menginginkan khatam 2 kali
selama ramadhan, harus mengalokasikan waktu 4 jam per hari untuk
tilawah. Jika hanya punya 2 jam sehari untuk tilawah, maka paling
cepat akan khatam pada hari ke-30.
Dengan persamaan
(6), dapat dicari kecepatan minimal k_min, sehingga dengan alokasi
waktu maksimal a=24 jam/hari Al-Qur’an dapat dikhatamkan dalam 3
hari (h=3), yaitu dengan kecepatan
Add caption |
.
(11)
Demikianlah sebah
teori perhitungan matematika sedeharna dalam mengkhatamkan Al-Qur’an.
Wallahu ‘alam bishawab. Semoga tetap bermanfaat.
Appendix:
H1
Dari Ibnu Abbas
r.a., beliau mengatakan ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah
saw. “Wahai Rasulullah, amalan apakah
yang paling dicintai Allah?” Beliau
menjawab, “Al-hal wal murtahal.”
Orang ini bertanya lagi, “Apa itu
al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Yaitu yang membaca
Al-Qur’an dari awal hingga akhir. Setiap kali selesai ia
mengulanginya lagi dari awal.” (HR.
Tirmidzi)
Q1:
“Sesungguhnya
mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya
(pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu), jika Kami
telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti bacaannya”.(75:17-75:18).
H2:
Dari Aisyah ra,
berkata; bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang membaca
Al-Qur’an dan ia mahir membacanya, maka kelak ia akan bersama para
malaikat yang mulia lagi taat kepada Allah.”
(HR. Bukhari Muslim)
H3:
“Dan orang yang
membaca Al-Qur’an, sedang ia masih terbata-bata lagi berat dalam
membacanya, maka ia akan mendapatkan dua pahala.”
(HR. Bukhari Muslim)
H4:
“Sampaikan dariku
walaupun hanya satu ayat” ( HR. Ahmad, Bukhari dan Tarmizi).
H5:
Dari Abdullah bin
Amru bin Ash, dari Rasulullah saw., beliau berkata, “Puasalah
tiga hari dalam satu bulan.” Aku
berkata, “Aku mampu untuk lebih banyak
dari itu, wahai Rasulullah.” Namun
beliau tetap melarang, hingga akhirnya beliau mengatakan, “Puasalah
sehari dan berbukalah sehari, dan bacalah Al-Qur’an (khatamkanlah)
dalam sebulan.” Aku berkata, “Aku
mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah?”
Beliau terus malarang hingga batas tiga hari. (HR. Bukhari).
Prof.DR.Khoirul Anwar,
penemu teknologi 4G berbasis OFDM, Japan Institute of Science and Technology, Japan.
Daftar Bacaan:
[1].
Id.wikipedia.org, Berbahasa Indonesia.
[2]. Soedarsono,
Sistem Membaca Cepat dan Efektif (Jakarta: Gramedia, 1988).
[3]. Dakwatuna.com,
Keutamaan mengkhatamkan Al-Qur’an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar